GERILYA MAGAZINE – Petimati, band death metal yang lahir dari Kota Medan, Sumatera Utara, pada akhir tahun 1995, menjadi salah satu pionir dalam kancah musik bawah tanah kota tersebut. Dengan konsep musik death metal khas Petimati, band ini dirintis oleh Fahmi (drum) dan Capunk (vokal), berawal dari eksperimen musikal di tengah tongkrongan yang akhirnya berkembang menjadi komposisi death metal berirama cepat.
Dengan bergabungnya Yogi (gitar) dan Dian (bass), Petimati berhasil memperkaya musik bawah tanah Medan dengan gaya death metal yang dipengaruhi oleh sound ala Gorgasm serta tempo keras seperti Cannibal Corpse. Selama periode 1995 hingga 2000, band ini menorehkan masa keemasan melalui beberapa single yang menarik perhatian para pencinta musik cadas di Medan, menjadikan mereka favorit di kalangan anak muda pada saat itu.
Namun, perjalanan Petimati tak selalu mulus. Beberapa personel harus mengundurkan diri karena kesibukan di luar musik, seperti Yogi yang memilih fokus pada kariernya sebagai anggota Polri. Untuk menjaga eksistensi, band ini kerap menggunakan additional player, termasuk Ferry (Alpha Keih) yang ikut berkontribusi dalam merilis dua single baru di akhir 2000-an.
Ketika tekanan dari orang tua dan tuntutan menyelesaikan pendidikan semakin kuat, formasi awal Petimati kembali terguncang. Capunk, Ferry, dan Dian akhirnya memutuskan mundur. Tetapi, masuknya personel baru seperti Eko (bass), Chandra (vokal), dan Rafik dari Padang memberikan energi segar. Mereka kembali membangun konsep musik dengan gaya brutal death metal yang dipengaruhi oleh band seperti Cryptopsy, Gorgasm, dan Malevolent Creation, menghasilkan karya-karya yang mendapat sambutan hangat pada era 2002-2008.
Namun, komitmen dan kesibukan personel tetap menjadi tantangan yang berulang. Petimati memilih lebih selektif dalam menerima tawaran manggung, menjaga eksistensinya lewat additional player dalam berbagai event di Sumatera Utara.
Pada era pasca-lockdown COVID-19, Petimati menemukan kembali semangatnya untuk berkarya. Dengan formasi baru yang terdiri dari Fahmi (drum), Opin Borko (gitar), Ichsan Vlad (vokal), dan Eko Dewo (bass), mereka merilis single berjudul “Biota Rimba” yang juga diikuti dengan video klip pertama mereka. Di era baru ini, lirik-lirik Petimati mengangkat isu lingkungan dan kontrol sosial, membawa pesan kuat tentang pentingnya pelestarian alam dan kesadaran akan keberlanjutan bumi.
Single “Biota Rimba” sendiri menceritakan tentang pentingnya flora dan fauna bagi kehidupan, serta beberapa single lain yang terus mengangkat tema lingkungan. Hingga saat ini, Petimati berupaya untuk tetap hidup dalam skena musik metal, mengajak pendengar untuk mempertahankan pola hidup kritis demi kelangsungan bumi.