Antitesis, Mengusung Thrash dan Groove Metal dengan Kritik Sosial

GERILYA MAGAZINE – Band metal asal Surabaya, Antitesis, pertama kali berdiri pada tahun 2009 dan terus eksis hingga 2016 sebelum akhirnya memutuskan hiatus. Pada tahun 2020, di tengah masa pandemi COVID-19, Antitesis kembali bangkit dengan membawa energi baru.

Dengan formasi baru yang terdiri dari Sesar (gitar), Awank (drum), Dani (vokalis dari band BlackJack), dan Raynold (bassis dari band G.A.S), band ini menggabungkan latar belakang musikal yang bervariasi, mulai dari grindcore hingga groove metal.

Musik Antitesis banyak terinspirasi oleh band-band legendaris seperti Sepultura, Pantera, dan Metallica, namun tetap berupaya menciptakan ciri khas yang orisinal. Menggabungkan elemen thrash dan groove metal, Antitesis membawakan lirik-lirik lugas yang menyoroti tema sosial dan politik. Durasi lagu mereka singkat namun padat, tanpa mengorbankan unsur teknikal yang menjadi ciri khas musik mereka.

Antitesis telah merilis album perdana mereka yang berjudul Batas Waras secara digital dan mandiri. Saat ini, mereka sedang dalam proses rekaman untuk album kedua, yang akan diberi judul No Viral No Justice.

Album ini akan berisi delapan lagu baru dan dua lagu remake dari album pertama, mengusung tema kondisi sosial Indonesia terkini. Rencananya, album ini akan diluncurkan pada akhir tahun 2024.

Kontak:
📞 +62 856 312 666 9 (Sesar)
📸 Instagram: @antitesis_band
📹 YouTube: Antitesis
🎶 Bandcamp: antitesis.bandcamp.com

Website ini bermanfaat bagi anda? Bantu kami untuk perawatan website ini agar tetap bisa online. Donasi bisa disalurkan melalui PULSA, DANA dan OVO di nomor 0813 1855 1813

Related posts