GERILYA MAGAZINE – Label rekaman independen Zim Zum Entertainment kembali menghidupkan arsip musik death metal Indonesia dengan merilis album Doomsday dari band legendaris GRAUSIG. Dirilis pada angka mistis, tanggal 6 November 2024 pukul 6 lewat 6 menit 6 detik WIB.
Album ini adalah konversi dari dua demo tape GRAUSIG tahun 1994 dan 1995, yang selama tiga dekade tersimpan dan kini hadir sebagai saksi bisu awal perkembangan musik bawah tanah (underground) di Indonesia.
Menggali rekaman yang tertimbun waktu, Zim Zum berkomitmen mempertahankan keaslian audio untuk memberikan pengalaman autentik bagi para pendengar. Doomsday, yang disebut sebagai “Rilisan Death Metal Lokal Terbaik Tahun Ini,” memiliki nuansa old-school yang kental, sekaligus menawarkan perjalanan musik ke era 90-an yang brutal dan minim teknologi modern.
Demo 1994 dan 1995 GRAUSIG sejatinya tidak pernah dirilis secara resmi. Pada masa itu, rekaman dibuat untuk bahan promosi bagi stasiun radio seperti Rock & Rhythm Mustang FM Jakarta dan GMR Bandung, serta untuk memperluas jaringan komunitas metal lokal.
Pada dua demo tersebut, formasi GRAUSIG dipimpin oleh para legenda, yakni Jorghie (gitar dan vokal) dan Yahya Wacked (gitar), serta mendiang Robin Hutagaol (drum) pada tahun 1994. Formasi kemudian berubah pada 1995, diisi oleh James (vokal), Yahya (gitar), Bobby (bass), dan Denny Zahuri (drum) yang hingga kini masih aktif sebagai anggota.
Dalam menggarap Doomsday, Zim Zum Entertainment tidak asal-asalan. Konsep visual yang dipilih, termasuk simbol salib terbalik, bukan sekadar gimmick, tetapi merujuk pada insiden di masa lalu ketika GRAUSIG diterpa isu kontroversial, termasuk tuduhan blasphemic hingga insiden pemukulan terhadap mendiang vokalis James di Blok M pada 1995.
Cover album ini pun dihiasi dengan sosok bersayap seram, memberikan kesan mengerikan yang konsisten dengan nama GRAUSIG , yang dalam bahasa Jerman berarti “mengerikan.”
“Tidak ada modifikasi besar pada kualitas audio. Kami ingin pendengar merasakan atmosfer kasar dan mentah yang dulu ada pada rekaman demo era 90-an,” ungkap Hardy dari Zim Zum Entertainment.
Album Doomsday terdiri dari 11 lagu yang diambil dari Demo ‘94 dan Demo ‘95, dengan tiga track bonus dari EP Feed the Flesh… yang telah di-remaster untuk memperkuat kualitas audio tanpa menghilangkan nuansa kaset pita:
- Doomsday
- This is the Time
- Flat Liner
- Thou Salt
- Doomsday
- Unholy Invocation
- Thy Will Be Damned
- Curse of Satan
- Curse of Satan (remastered)
- Unholy Invocation (remastered)
- Doomsday (remastered)
Melalui album ini, GRAUSIG kembali membuktikan eksistensinya di dunia musik cadas. Meskipun para pendiri telah tiada, formasi terkini yang digawangi oleh Adam Fauzan (vokal), Mame (gitar), Robby Agam (gitar), Rusdi Gaver (bass), dan Denny Zahuri (drum) tetap melanjutkan jejak legenda.
Doomsday adalah dedikasi untuk para pecinta death metal di Indonesia yang merindukan suara purba yang otentik. Album ini akan menjadi referensi sejarah untuk memahami evolusi death metal tanah air yang pernah hidup di balik bayang-bayang kaset tape dan suasana underground.
Album Doomsday ini juga memberikan penghormatan khusus bagi tiga punggawa GRAUSIG yang telah wafat: Bobby Faisal (1976-2011), Andri ‘James’ Budiyanto (1974-2017), dan Robin Hutagaol (1973-2009).
Doomsday bukan sekadar album, melainkan memento sejarah yang merangkai jejak perjalanan Grausig dan komunitas metal Indonesia. Bagi para penggemar death metal, rilisan ini adalah perwujudan dari warisan musikal yang perlu diapresiasi dan dijaga, layaknya artefak berharga.
PRICE:
Rp 66600,- (Indonesia)
$6.66 (Seluruh dunia sampai alam baka)
ORDER:
zimzumztore@gmail.com / Tokped: zimzumztore
grausigmanagement@gmail.com