GERILYA MAGAZINE – Bertepatan dengan Hari Kartini, band thrash metal asal Surabaya, Antitesis, meluncurkan single terbaru berjudul “Marsinah” pada 21 April 2025. Lagu ini tersedia di berbagai platform streaming digital seperti Spotify, YouTube, dan Bandcamp. Single ini bukan sekadar karya musik, melainkan penghormatan kepada Marsinah, buruh perempuan yang berani melawan ketidakadilan pada era Orde Baru, sekaligus kritik tajam terhadap realitas sosial dan politik.
Marsinah: Simbol Perjuangan Perempuan Penerus Kartini
Marsinah, buruh PT CPS Porong, Sidoarjo, dikenal sebagai pelopor protes menuntut kenaikan upah pada 1993. Tragisnya, setelah demonstrasi pada 3 Mei 1993, ia ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan di hutan Jegong, Nganjuk, pada 8 Mei 1993. Hingga kini, kasus kematiannya masih belum terungkap. Antitesis mengabadikan keberanian Marsinah dalam single “Marsinah” sebagai bentuk penghormatan.
“Peristiwa Marsinah begitu dekat dengan kami di Surabaya. Memori atas perjuangannya sangat melekat,” ujar Sesar, gitaris Antitesis sekaligus penulis lirik. “Marsinah layak disebut pahlawan wanita. Berkat perjuangannya, undang-undang tenaga kerja kini lebih melindungi hak buruh dan perempuan.”
Lagu ini juga menyindir jargon Orde Baru “piye kabare, penak jamanku toh” yang menutupi realitas represi masyarakat. Lirik pembuka lagu secara sarkastik memodifikasi slogan Kartini “habis gelap terbitlah terang” menjadi “habis gelap tetaplah gelap”, mengkritik perayaan Hari Kartini yang sering kali dangkal dan mengabaikan isu seperti kasus Marsinah.

Konsistensi Antitesis sebagai Band Kritis
Antitesis dikenal dengan lirik-lirik bernada kritik sosial. Sebelum “Marsinah”, mereka telah merilis single seperti “Novi (Percuma Lapor)”, “Kampanye Hitam”, dan “Korupsi”. Menurut Sesar, nama Antitesis—yang berarti pertentangan—mencerminkan visi band untuk menawarkan sudut pandang alternatif terhadap isu sosial dan politik. Logo band yang miring ke kiri dan tidak seimbang menjadi simbol filosofi ini.
Musik thrash metal Antitesis, yang terinspirasi dari Sepultura, Pantera, dan Metallica, menggabungkan elemen technical, thrash, dan groove metal. Gaya musik yang cepat dan lugas menjadi wadah ideal untuk menyampaikan kritik sosial mereka.
Perjalanan Antitesis: Dari Cover Band hingga Karya Orisinal
Berdiri sejak 2009, Antitesis awalnya adalah cover band Megadeth sebelum beralih menciptakan lagu orisinal. Setelah sempat hiatus pada 2016, band ini bangkit kembali di tengah pandemi Covid-19 pada 2020. Formasi saat ini terdiri dari Sesar (gitar), Awank (drum), Dani (vokal, eks-BlackJack), dan Raynold (bass, eks-G.A.S), yang membawa pengaruh beragam dari thrash metal hingga grindcore.
Detail Produksi Single ‘Marsinah’
- Penulis Lagu dan Lirik: Sesar Sehat Santoso
- Pemain: Dani (vokal), Awank (drum), Raynold (bass), Sesar (gitar)
- Rekaman: Natural Studio, Surabaya
- Sound Engineer: Irwan Suharto
- Mixing: Hansa, Sound Design
- Mastering: Sonny (www.sontracks.com)
Dengarkan dan Ikuti Antitesis
Single “Marsinah” dapat dinikmati di:
- Spotify: [Antitesis on Spotify](https://open.spotify.com/artist/2wOgHah0ymak3bRER8I4Na?si=FWUpr1B2Tsu jcUi8NuVcKA)
- YouTube: Antitesis YouTube
- Bandcamp: Antitesis Bandcamp
Ikuti perjalanan Antitesis di media sosial:
- Instagram: @Antitesis_band
- Facebook: Antitesis
- Kontak: Sesar (08563126669)